Keinginan dan harapan selalu menyertai kehidupan kita. Keinginan dan harapan itu akan terwujud manakala Allah mengabulkan doa dan ikhtiar kita. Doa yang selalu kita panjatkan dan beragam ikhtiar yang kita lakukan.
Sungguh di dalam Islam diajarkan bahwa segala doa dan kesungguhan ikhtiar seorang hamba takkan sia-sia. Meskipun, ranah hasil adalah ranah Allah, bukan ranah kita sebagai hamba yang lemah. Allah yang kuasa menentukan jawaban atas ikhtiar yang kita lakukan dan doa yang kita panjatkan. Sedangkan ranah kita ini adalah ranah proses, proses dalam berusaha keras untuk bisa mencapai keinginan dan harapan kita dengan menggantungkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, kamu pasti akan menemuinya,” (QS al-Insyiqaq : 6).
Ikhtiar yang kita lakukan tidak akan ada artinya jika tidak disertai dengan doa, begitu juga dengan doa yang kita panjatkan, tidak akan ada artinya jika kita tidak berikhtiar dan bertawakal. Semuanya saling berkaitan dan punya fungsi dalam kehidupan kita.
Pentingnya kita berdoa adalah karena kita harus yakin bahwa Allah lah yang menentukan segala hasil dari setiap ikhtiar kita. Dan pentingnya ikhtiar adalah bentuk perwujudan keseriusan kita, total action kita, agar bisa meraih keinginan dan harapan kita. Karena ikhtiar itu adalah bergerak bukan diam. Pencapaian harapan membutuhkan action yang rill dan sungguh-sungguh, man jadda wa jadda; siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
Ikhtiar dan doa yang kita panjatkan haruslah memiliki tujuan semata-mata hanya karena ingin mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sejatinya segala sesuatu yang kita inginkan dan harapkan dari Allah adalah agar keinginan dan harapan kita bisa menjadikan diri kita lebih dekat dan cinta kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana pesan dari Ibn Athaillah dalam kitab Al-Hikam: “Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa, padahal engkau sendiri tak mengubah dirimu dari kebiasaanmu?”
Continue reading →