Dosa-dosamu wahai Dikau yang Tertipu

Dosa-dosamu akan dihitung wahai dikau yang tertipu, dihimpun dalam catatan yang terjaga dan diabadikan, sementara hatimu lupa, lengah, lalai dan engkau tamak terhadap hartamu itu. Engkau pun berbangga-bangga  dengan harta yang tidak jelas engkau dapatkan darimana dan engkau pun terus bergemilangan dosa dan noda. Tidakkah engkau ingat kematian menjemputmu esok hari secara tiba-tiba ?
Jika engkau segar bugar, tidakkah akan hancur binasa ? tidakkah engkau ingat kubur yang lahatnya sunyi sepi ? tidakkah engkau ingat timbangan amal yang dipancangkan dengan penuh keadilan ?
Engkau isi hidupmu dengan canda ria dan senda gurau padahal jerat-jerat kematian siap mencengkram dirimu ?

Sebuah Taubat Yang Sempurna

Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di dalam masjid bersama para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang wanita yang kemudian masuk ke dalam masjid. Dengan ketakutan, wanita tersebut mengaku kepada Rasulullah bahwa dia telah berzina. Mendengar hal itu, memerahlah wajah Rasulullah SAW seperti hampir meneteskan darah. Kemudian beliau bersabda kepadanya, “Pergilah, hingga engkau melahirkan anakmu.”

Sembilan bulan berlalu, wanita itu akhirnya melahirkan. Dihari pertama nifasnya, dia datang kembali membawa anaknya, dan berkata kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina”
Continue reading

Mari Bertaubat dan Istighfar, Sebelum Terlambat

MANUSIA di manapun, baik mereka yang lebih dulu hadir ke dunia maupun yang akan datang kemudian, tidak pernah terlepas dari penyakit lalai (alpa). Bagai peristiwa sambung-menyambung, sifat alpa per-tama telah dilakukan oleh Nabiyullah Adam as dan Siti Hawa dengan memakan buah Khuldi. Maka tepatlah sebuah ung-kapan yang berkata: “insan ashluhu nisyan”, asal kata insan adalah `an-nisyan (alpa). Ungkapan lain mengatakan: “insan mahallul khato wan nisyan”, pada diri manusia itu tempatnya salah dan lupa.

Akibat kealpaan itu, manusia dapat terperangkap melakukan kesalahan, pelanggaran, sampai kepada kejahatan.

Tingkat pelanggaran dalam Islam dikenal dengan istilah `maksiat’. Setiap orang dengan kealpaannya itu dapat setiap saat terperangkap pada jurang kemaksiatan. Hanya para Nabi dan Rasul saja yang terpelihara dari sifat tercela itu,lantaran mereka adalah utusan Allah yang dikenal memiliki sifat makshum (terpelihara dari kemaksiatan).
Continue reading

Sungai Penghapus Dosa

Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan shalat lima waktu seperti sebuah sungai yang melimpah, yang mengalir di depan pintu rumah seorang dari kalian. Ia mandi di dalamnya setiap hari lima kali,” (HR Muslim).
Shalat merupakan bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Langsung, karena tidak boleh diwakilkan pada orang lain. Atau, tidak boleh digantikan oleh amalan apa pun. Berbeda dengan puasa yang bisa diganti dengan fidyah pada kondisi tertentu, atau haji yang bisa dikerjakan oleh orang lain dengan syarat-syarat khusus. Shalat adalah sarana percakapan hamba dengan Penciptanya.

Sungguh indah kehidupan seorang Muslim. Begitu romantis hubungannya dengan sang Pencipta. Setiap hari, lima kali ia menghadap kepada-Nya. Belum lagi shalat-shalat tambahan (nawafil), seperti Dhuha, Witir, Tahajjud, dan sebagainya. Saat itulah sang hamba memuji Tuhannya, mensucikan, memohon pertolongan, meminta rahmat, hidayah dan ampunan-Nya.

Shalat, menurut Rasulullah saw seperti sungai yang mengalir di depan pintu rumah seorang Muslim. Abu Hurairah meriwayatkan, ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Bagaimana pendapat kalian seandainya di depan pintu seorang dari kalian terdapat sebuah sungai. Setiap hari ia mandi lima kali di dalamnya. Apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?”
Mereka menjawab, “Tidak ada!” Rasulullah bersabda, “Itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghapus semua kesalahan,” (HR Bukhari Muslim).

Continue reading

Kalkulasi Amal dan Dosa

Hidup adalah sebuah kompetisi antara memilih menjadi manusia pengabdi atau pembangkang. Setiap hari menghadirkan tawaran mengerjakan kebaikan atau keburukan. Memang kita berbeda dengan malaikat yang selalu taat. Kita juga berbeda dengan iblis yang selalu membangkang. Kita bebas memilih menjadi taat atau sebaliknya. Setiap apa yang kita pilih selalu menghadirkan catatan-catatan. Ketika memilih melakukan dosa dan kemaksiatan, maka ada malaikat Atid yang istiqomah menuliskan catatan dosa tersebut .

Ketika memilih mengerjakan kebaikan maka ada malaikat Raqib yang tidak pernah tidur mencatatnya. Semua yang kita pilih menghadirkan konsekuensi amal dan dosa,sekecil apapun.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Continue reading