Mutiara hikmah : Cukup enam kalimat saja..!!

Ini adalah kisah dialog antara seorang guru dan murid tentang saripati pelajaran yang bisa dipetik oleh si murid selama bertahun-tahun belajar kepada sang guru. Dialog ini bak ujian akhir kelulusan bagi si murid.

Bertindak sebagai guru dalam kisah ini adalah seorang ulama yang shalih, ahli ibadah dan zuhud di kota Balkh, Afgahnistan bernama Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi. Adapun murid yang sekian tahun belajar kepadanya adalah Hatim Al-Asham bin Unwan bin Yusuf Al-Balkhi.

Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi bertanya, “Sejak engkau menemaniku, ilmu apa saja yang telah engkau pelajari dariku?”

Hatim bin Unwan Al-Balkhi menjawab, “Enam perkara.

Continue reading

Muslim Rohingya Sudah Ada Sebelum Myanmar Ada

Konflik Myanmar menyita perhatian dunia internasional akhir-akhir ini. Penindasan yang dialami Muslim Rohingya membuka mata atas sejarah mereka sebagai etnis Myanmar yang tidak diakui. Bahkan tidak saja itu, program pembersihan etnis ditengarai dilakukan pemerintah Myanmar (kini Burma, red) dengan berbagai metode yang kejam.

Lantas bagaimanakah sebenarnya sejarah umat Muslim di Rohingya? Mengapa konflik di Arakan meluas menjadi konflik horizontal? Apakah kelompok Budha berada hal ini? Lantas langkah apa yang tepat untuk mengehentikan kekerasan di Arakan? Berikut wawancara hidayatullah.com bersama Heru Susetyo, Rabu, (25/07/2012).

Heru Susetyo adalah seorang praktisi hukum yang peduli atas kezhaliman yang diderita umat maupun kelompok Islam di berbagai tempat. Sekretaris Program Pascasarjana Fakultas Hukum UI ini mendirikan Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya-Arakan (PIARA). Kunjungannya ke Myanmar banyak menyadarkannya bahwa Myanmar sebenarnya adalah negara yang kaya.  Inilah petikan wawancaranya;

Continue reading

Jodoh(ku)

Apa yang terlintas di benak Sahabat pertama kali ketika membaca judul tulisan ini??

Oohh.. Mungkin ada yang berpikir bahwa sang penulis akan berbagi tentang cerita jodohnya.
Tentunya disini aku takkan berbagi tentang cerita jodohku karena aku sendiri belum mengalaminya. Namun, aku akan berbagi tentang cerita jodoh(ku). “Ku” yang dimaksudkan disini adalah orang yang sudah mengalami proses dalam menjemput jodohnya. Setiap kita mempunyai scenario hidup termasuk cerita jodoh yaitu bagaimana proses penjemputan jodoh masing-masing. Mungkin ada yang awalnya tak saling kenal akhirnya menikah. Atau ada juga yang sudah kenal sejak lama dan akhirnya menikah walaupun tak pernah menduga sebelumnya.
Perkenankan aku untuk mengutip perkataan Pak Mario Teguh yang SUPER SEKALI: “Jodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dariNYA, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.”
Ya! Jodoh itu adalah bagian dari rezeki, perlu diusahakan, perlu diikhtiarkan. Nah, proses ikhtiar dalam penjemputan jodoh inilah yang akan aku angkat dalam tulisan ini. Cerita Jodoh(ku), yang aku dapatkan dari sumber orang pertama dan orang kedua atau bahkan orang kesekian. Ada berbagai cerita yang aku angkat disini yang semoga saja bisa menginspirasi dalam mengikhtiarkan penjemputan jodoh kita.

Ukhti, Yang Terbaik Telah Dipersiapkan Untuk Mu

Semakin resah kurasa
Tatkala dia tak kunjung datang
Harus sampai kapan aku bersabar
Bersabar dalam penantian yang panjang

Keresahan dan kegundahan tak dipungkiri akan selalu hadir bersama godaan syaitan tatkala merenungi sebuah penantian. Tentunya keistiqamahan adalah sebuah penantian panjang yang akan menemani perjalanan dan untuk meruntuhkan ini syitan terbaiklah yang akan dikirimkan karena ini berkaitan dengan kesempurnaan bukan penantian yang sia-sia.
Akan banyak kisah perjuangan yang akan dilalui bersama ujian keistiqamahan ini. Kisah perjuangan yang akan menjadi nostalgia-nostalgia indah ketika berada di Jannah bersama senyuman indah yang membuat pipi merah merekah.
Tapi kemudian tak sedikit yang harus merelakan kisah-kisahnya harus berakhir dengan mengubah skenario yang seharusnya mempunyai ending yang indah dan membuat tersenyum Allah. Semoga Allah subhanahuwata’ala menjaga kita semua dari godaan yang dapat merubah skenario indah.

Ta’aruf, Nikah Tanpa Cinta?

Pernikahan merupakan ibadah yang memiliki tempat mulia di sisi Allah swt. Tak sedikit dalam bingkai syariat membicarakan tentang pernikahan, apakah itu di dalam Al Quran ataupun hadist-hadist Rasulullah saw. Ketika pernikahan ini berhubungan dengan ibadah maka ibadah tersebut hanyalah akan bernilai di sisi Allah swt jika sesuai dengan bingkai syariat yaitu bingkai Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.

Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak”. Tentunya kita tidak ingin serangkaian ibadah ini menjadi tertolak dikarenakan kita melakukan hal-hal yang tidak disandarkan pada Al Quran dan sunnah Rasulullah saw bukan hanya saat prosesi pernikahan saja tapi juga bagaimana jalan menuju pernikahan tersebut.

MemilihTeman yang Bisa Membawa ke Surga

Pertemanan (friendship) merupakan sebuah makna signifikan yang mesti ditarsirkan ulang. Makna dari “teman baik” berbeda dari satu orang ke yang lainnya. Sebagian orang meyakini bahwa teman baik adalah seseorang yang dapat dipercaya dan menjadi tempat untuk menceritakan semua rahasia. Sementara yang lain mendefinisikannya sebagai seseorang yang setia menemani baik ketika sedih maupun bahagia.

Kendati opini tentang definisi teman bervariasi, namun semuanya relatif benar. Dan jika kita meletakkan berbagai pandangan itu bersama-sama, maka semuanya bisa membentuk sebuah definisi sebenarnya tentang teman yang baik. Namun sejatinya masih terdapat sebuah makna signifikan dan peran dari sahabat baik yang sangat penting dalam perspektif Islam. Yaitu seseorang yang membantu kita untuk lebih dekat kepada Allah, membuat kita menjadi lebih patuh dan taat kepada perintah dan ajaran-Nya, serta memberi keuntungan positif untuk umat.

Continue reading

Cinta Yang Memuliakan

Hati-hatilah agar tak terjebak dengan cinta yang membuat kita menjadi tak mulia. Disergapi dengan perangkap-perangkap syaitan. Dibumbui oleh bisikan-bisikan jahat iblis yang menginginkan kita terjerumus ke lembah nista. Cinta yang tak disadari telah menghancurkan kehidupan, menghempaskan masa depan, mencabik-cabik harapan dan menurunkan status kemuliaan kita sebagai hamba Tuhan.

Sesungguhnya, kumbang tidak akan pernah mengisap sari bunga yang belum mekar. Lebah pun demikian, hanya mengambil sari bunga yang sudah siap dipetik. Begitulah kehidupan cinta antara dua insan. Saling mengisi dan memberi ketika sudah tiba saatnya cinta itu dibingkai dengan syariat pernikahan. Apapun yang kita lakukan telah menjadi sesuatu yang halal dan mendatangkan pahala. Bukan cinta terlarang ala pacaran. Maka kalau kau menginginkan berpacaran, lakukan itu sepuas-puasnya setelah kau menikah dengannya.

Maka akhirilah pacaran yang justru membuat hidup kita tak produktif. Banyak waktu yang sia-sia hanya untuk memikirkan seorang. Bukankah banyak orang lain yang harus kita cintai. Kalau kita mencintai orang lain yang didasari oleh rasa cinta kepada Allah SWT maka Allah akan mencintai kita. Kehidupan memang seperti itu, memberi; dan efeknya akan kembali.

Continue reading

Karena Hidup Bukan Menunda Kekalahan

Hidup itu bukan perjalanan yang datar. Atau bergerak linear. Ada lika-likunya. Ada suka dan duka. Ada keberhasilan di satu waktu, kadang kegagalan di waktu lainnya. Bahkan iman, “yazidu wa yanqus” suatu saat naik, suatu ketika turun.

Maka mempertahankan azam dan cita-cita adalah energi jiwa yang membuat manusia mampu bertahan dalam kebermaknaan hidup. Memiliki harapan yang akan digapai adalah bahan bakar yang membuat nyali kehidupan kita tetap menyala. Kalaupun cita-cita itu telah tercapai, buatlah cita yang lebih tinggi. Kalaupun harapanmu telah kau gapai, buatlah harapan yang lebih besar hendak kau gapai. Seperti jiwa perindu Umar bin Abdul Aziz. Memancangkan cita memperoleh istri shalihah, lalu berharap menjadi amir. Kemudian khalifah. Semuanya tercapai. Ketika menjadi khalifah, ia mengerahkan segenap potensinya untuk meraih cita terakhirnya: masuk surga. Jadilah ia pemimpin yang adil dan menyejahterakan: sampai para amil kesulitan menemukan para mustahik.

Continue reading