Ya, cinta adalah sesuatu yang unik untuk dibicarakan. Bukan saja ia adalah tema yang begitu marak dibahas dalam keseharian, ia adalah sebuah ranah yang seringkali dipahami secara parsial. (Juz’iyyah)
Saya teringat ajaran bijak dari Almarhum Buya Hamka, sang ulama fenomenal penulis Tafsir Al Azhar. Bahwa cinta memberimu energi, alih-alih melemahkanmu.
Walaah, saya jadi bingung ini. Yang saya tahu, dulu masa-masa SMA, kalau teman-teman saya lagi jatuh cinta, maka pikirannya melayang kemana-mana, tubuh terasa loyo, sehingga produktivitas malah menurun drastis. (nostalgia mode on…)
Lalu mengapa Buya Hamka malah mengatakan kalau cinta itu memberi energi begitu besar bagi kita? Seharusnya kalau punya energi segitu besar, maka bukannya loyo, justru kita bisa meningkatkan produktivitas berkali-kali lipat donk..
Lalu mengapa ada sepasang suami istri yang saling mencintai, lalu pada titik tertentu justru merasa kehilangan cinta dan memilih untuk bercerai? Padahal semestinya cinta memberi keduanya energi besar untuk mempertahankan rumah tangga, dengan berbagai romantika yang telah dibangun, apapun yang terjadi?
Nah, karena saya adalah NLPers, maka saya pun memulai perjalanan saya untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas dengan menggunakan khasanah NLP yang asyik ini.
Continue reading